TEKNIK
– TEKNIK MANAJEMEN RISIKO
Bab ini membicarakan beberapa alternatif untuk
pengelolaan risiko. Beberapa alternatif bisa dipilih untuk mengelola
risiko yang dihadapi, yaitu :
1. PENGHINDARAN
RISIKO ( RISK AVOIDANCE )
Risiko yang tidak perlu, risiko yang bisa dihilangkan
tanpa ada pengaruh negatif terhadap pencapaian tujuan, bisa dihindari. Dalam
kebanyakan situasi, risiko tidak bisa dihindari. Perusahaa secara sengaja
melakukan aktivitas bisnis tertentu untuk memperoleh keuntungan. Dalam
melakukan bisnis tersebut, perusahaan menghadapi risiko yang berkaitan dengan
aktivitas tersebut. Karena itu , risiko semacam itu tidak bisa dihindari.
2. PENANGGUNGGAN
ATAU PENAHANAN RISIKO ( RISK RETENTION )
Alternatif lain dari manajemen risiko adalah
perusahaan menanggung sendiri risiko yang muncul ( menahan risiko tersebut
atau risk retention ). Jika risiko benar -benar terjadi,
perusahaan tersebut harus menyediakan dana untuk menanggung risiko tersebut.
Penahanan
Yang direncanakan dan yang Tidak Direncanakan
Penahanan risiko bisa terjadi secara terencana dan
tidak terencana. Jika perusahaan mengevaluasi risiko – risiko yang ada,
kemudian memutuskan untuk menahan risiko dengan terencana. Pada situasi lain,
perusahaan tidak sadar akan risiko yang dihadapinya. Dalam situasi tersebut
perusahaan menahan risiko dengan tidak terencana.
Pendanaan
Risiko yang Ditahan
Risiko yang ditahan bisa didanai dan bisa juga tidak
didanai. Jika perusahaan tidak menetapkan pendanaan yang khusus ditujukan
untuk mendanai risiko tertentu, jika risiko tersebut tidak muncul, maka risiko
tersebut tidak didanai. Dalam beberapa situasi, alternatif tersebut merupakan
pilihan yang masuk akal.
Dalam
situasi tersebut, perusahaan bisa mendanai risiko tersebut. Pendanaan bisa
dilakukan melalui beberapa cara, seperti menyisihkan dana cadangan , Self-insurance,
dan captive insures.
a. Dana Cadangan
Perusahaan menyisihkan dana tertentu secara periodik
yang ditujukan untuk membiayai kerugian akibat dari risiko tertentu.
b. Self
– insurance dan Captive Insures
Pengelolaan dana cadangan bisa ditingkatkan lagi
menjadi semacam asuransi untuk internal perusahaan sendiri ( self-insurance ).
Meskipun ada keberatan disini tidak mengindikasikan adanya transfer
risiko ke pihak luar. Risiko masih berada di perusahaan.
Dengan self – insurence, perhitungan
dilakukan lebih teliti untuk menentukan berapa besarnya premi yang harus
disisihkan, berapa besarnya tanggungan yang bisa diberikan.
Captive – insurance dilakukan
dengan mendirikan anak perusahaan asuransi yang menjadi bagian dari perusahaan.
Risiko dalam perusahaan bisa di asuransikan ke captive insurers tersebut.
3. PENGALIHAN
RISIKO ( RISK TRANSFER )
Alternatif lain dari manajemen risiko adalah
memindahkan risiko ke pihak lain ( mentransfer risiko ke pihak lain).
Pihak lain tersebut biasanya mempunyai kemampuan yang lebih baik untuk
mengendalikan risiko, baik karena skala ekonomi yang lebih baik sehingga bisa
mendiversifikasikan risiko lebih baik. Risiko transfer dilakukan melalui
beberapa cara :
1. Asuransi
Asuransi merupakan metode transfer risiko yang
paling umum, khususnya untuk risiko murni ( pure risk ).
Asuransi adalah kontak perjanjian antara yang diasuransikan ( insured ) dan
perusahaan asuransi ( insurer ), di mana insurer bersedia
memberikan kompensasi atas kerugian yang dialami pihak yang diasuransikan, dan
pihak pengasuransi ( insurer ) memperoleh premi asuransi
sebagai balasannya.
Empat hal diperlukan dalam transaksi asuransi :
- Perjanjian kontrak
- Pembayaran premi
- Tanggungan ( benefit )
yang dibayarkan jika terjadi kerugian seperti yang disebutkan dalam kontrak
- Penggabungan ( pool )
sumber daya oleh perusahaan asuransi yang diperlukan untuk membayar tanggungan.
2. Hedging
Hedging atau
lindung nilai pada dasarnya mentransfer risiko kepada pihak lain yang lebih
bisa mengelola risiko lebih baik melalui transaksi instrument keuangan.
Cara kerja
hedging mirip dengan asuransi, yaitu jika kita rugi karena risiko tertentu kita
memperoleh kompensasi dari kontrak lainnya. Jika di asuransi, asuransi
diberikan oleh perusahaan asuransi. Sedangkan untuk hedging dengan
instrument derivatif, kompensasi diberikan oleh pihak lain ( counter
party ) yang menjual kontrak derivatif tersebut.
3. Incorporated
Incorporated atau
membentuk perseroan terbatas merupakan alternatif transer risiko, karena
kewajiban pemegang saham dalam perseroan terbatas hanya terbatas pada modal
yang disetorkan.
4. Teknik
lainnya
Selain teknik
transfer risiko yang disebutkan di atas, ada banyak teknik transfer
risiko lainnya.
KEPUTUSAN MEMILIH ALTERNATIF MANAJEMEN
RISIKO
Secara umum jika risiko mempunyai frekuensi yang
sering dengan severity yang rendah, maka alternatif risiko ditahan merupakan
alternatif yang paling optimal. Jika risiko mempunyai frekuensi yang kecil
tetapi mempunyai severity yang besar, maka alternatif ditransfer merupakan
alternatif yang optimal. Jika frekuensi dan severity tinggi, maka perusahaan
bisa berpikir untuk menghindari risiko tersebut.
Alternatif manajemen risiko :
|
Frekuensi
( probabilitas )
|
Severity
( keseriusan )
|
Teknik yang dipilih
|
|
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
|
Rendah
Rendah
Tinggi
Tinggi
|
Ditahan
Ditahan
Ditransfer
Dihindari
|
Penggunaan alternatif – alternatif tersebut perlu
dilengkapi dengan pengendalian risiko. Pengendalian risiko berkaitan dengan
alternatif – alternatif risiko seperti berikut ini. Untuk alternatif menahan
risiko, maka pengendalian risiko menjadi penting dilakukan.
Pengendalian risiko yang baik bisa memperkecil risiko, sehingga alternatif
menahan risiko menjadi lebih layak. Untuk alternatif mentransfer risiko,
pengendalian risiko bisa menurunkan harga yang dibayar untuk mentransfer risiko
tersebut.
4. PENGENDALIAN
RISIKO ( RISK CONTROL )
Untuk risiko yang tidak bisa dihindari,organisasi
perlu melakukan pengendalian risiko. Dengan menggunakan dua
dimensi yaitu probabilitas dan severity. Pengendalian risiko
bertujuan untuk mengurangi probabilitas munculnya kejadian, mengurangi tingakt
keseriusan ( severity ), atau keduanya.
Ada beberapa teori yang ingin menelusuri penyebab
munculnya risiko, antara lain :
1. Teori
domino ( Heinrich, 1959 )
Teori ini mengatakan bahwa kecelakaan bisa dilihat
sebagai urutan lima tahap berikut ini :
1. Lingkungan sosial dan
faktor bawaan yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu ( misal
mempunyai temperamen tinggi sehingga gampang marah )
2. Personal fault (
kesalahan individu ), dimana individu tersebut tidak mempunyai respon yang tepat (benar) dalam situasi tertentu.
3. Unsafe act or physical
hazard ( tindakkan yang berbahaya atau kondisi fisik yang
berbahaya )
4. Kecelakaan
5. Cedera
2. Rantai
risiko ( Risk Chain )
Menurut Mekhofer, 1987, risiko yang muncul bisa
dipecah ke dalam beberapa komponen :
1. Hazard ( kondisi yang
mendorong terjadinya risiko )
2. Lingkungan di mana hazard tersebut
berada
3. Interaksi hazard dengan
lingkungan
4. Hasil dari interaksi
5. Konsekuensi dari hasil tersebut
3. Fokus
dan Timing Pengendalian Risiko
a. Fokus pengendalian risiko
Pengendalian risiko bisa difokuskan pada usaha
mengurangi kemungkinan ( probability ) munculnya risiko
dan mengurangi keseriusan ( severity ) konsekuensi risiko
tersebut.
Pemisahan ( separation ) dan
duplikasi ( duplication ) merupakan dua bentuk umum
metode untuk mengurangi keseriusan risiko. Contoh pemisahan adalah menyebar
operasi perusahaan, sehingga terjadi kecelakaan kerja, karyawan yang menjadi
korban akan terbatas.
Tentunya kita bisa menggunakan metode mengurangi
kemungkinan munculnya risiko dengan penguranganseverity secara
bersamaan. Sebagai contoh, dokter ahli bedah belajar metode baru dalam
pembedahan yang lebih canggih dan lebih aman. Dengan metode baru tersebut,
dokter tersebut bisa mengurangi probabilitas terkena risiko digugat akibat mal
– praktik, dan juga sekaligus menurunkan severity tuntutan
jika risiko gugatan terjadi.
b. Timing pengendalian risiko
Dari sisi timing ( waktu ), pengendalian
risiko bisa dilakukan sebelum, selama, dan sesudah risiko terjadi. Sebagai
contoh, perusahaan bisa melakukan training untuk karyawannya mengenai
peraturan, prosedur, dan teknik untuk menghindari kecelakaan kerja. Karena
aktivitas tersebut dilakukan sebelum terjadinya kecelakaan kerja, maka
aktivitas tersebut merupakan aktivitas sebelum risiko terjadi.
Pengendalian risiko juga bisa dilakukan pada saat
terjadinya risiko. Sebagai contoh, kantong udara pada mobil secara otomatis
akan mengembang jika terjadi kecelakaan. Pengendalian risiko bisa juga
dilakukan setelah risiko terjadi.
Tugas MEET 04
Tidak ada komentar:
Posting Komentar